Hewan Kurban Dibayangi PMK dan Virus Jembrana

  • Bagikan
Suasana penjualan hewan kurban di Jalan Aroepala, Selasa (20/6/2023).

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pelaksanaan Iduladha tahun ini menyisakan kekhawatiran mengenai hewan, khususnya sapi, yang akan disembelih sebagai kurban. Pemicunya, penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) serta virus Jembrana yang terdeteksi telah merebak di 19 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan. Seperti apa kesiapan pemerintah mengantisipasi hewan yang terpapar Jembrana tidak dijadikan sebagai kurban?

Penyebaran virus Jembrana menjadi perhatian serius pemerintah Sulawesi Selatan khususnya Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nurlina Saking. Menurut dia, pihaknya telah mengimbau kepada masyarakat untuk membuat keterangan sehat bagi hewan yang bakal didistribusi untuk kebutuhan kurban.

"Sebelum melakukan penjualan dan distribusi sapi dianjurkan untuk mengambil surat keterangan dari dinas di masing-masing wilayah," kata Nurlina, Selasa ( 20/6/2023).

Nurlina mengklaim, paparan virus Jembrana tidak mengalami peningkatan lagi. Dia mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima ada 919 ekor sapi yang pernah dilaporkan mengalami kematian akibat menderita penyakit yang mirip dengan serangan virus Jembrana.

Hewan yang mati tersebut lalu mendapat pemeriksaan dari tim Balai Besar Veteriner Maros. Hasilnya, sapi-sapi yang mati tersebut positif terjangkit virus.

"Kemudian ternak-ternak yang memiliki gejala Jembrana pada lokasi yang sudah tertular itu segera dipotong dan peternak tidak melaporkan lagi sebagai kasus, jadi sebenarnya ada ribuan kasus pada saat Jembrana memuncak. Sekarang sudah melandai," ujar Nurlina.

Menurut dia, pihaknya juga intensif melakukan vaksinasi saat mengetahui virus itu telah menyerang sapi di Sulsel. Menurut dia, jumlah sapi yang telah mendapat vaksinasi yakni 50 ribu ekor.

"Kami menunggu penetapan kedaruratan sehingga bisa mendapatkan anggaran dana darurat untuk menyediakan vaksin," kata Nurlina.

Nurlina mengatakan, masih banyak peternak yang menolak hewan ternak mereka diberi vaksin karena khawatir, hewan tersebut malah mati. Padahal, kata dia, hewan tersebut mati bukan karena suntikan vaksin tapi karena virus sudah telanjur menyerang saat vaksin disuntikkan, daya tubuh sapi yang terkena virus Jembrana makin menurun.

Dia berharap, semua pihak memberi pemahaman kepada masyarakat agar para peternak tidak melakukan penolakan ketika hewan ternak akan divaksin.

Sementara itu, Asisten Bidang Pemerintahan Sulsel, Andi Aslam Patonangi, melepas petugas kesehatan hewan kurban. Mereka akan bertugas untuk memeriksa kelaikan hewan yang akan dikurbankan, pekan depan.

"Pemerintah berupaya menjamin keamanan dan kelayakan hewan serta daging kurban," ujar Aslam.

Menurut dia, ketersediaan hewan kurban tahun ini mencapai 75.289 ekor sapi, 2.406 ekor kerbau, dan 33.279 ekor kambing. Sebagian besar hewan yang disembelih untuk kurban berasal dari pasokan lokal. Diperkirakan jumlah pemotongan hewan kurban di Sulsel akan mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan 2022. Sebanyak 49.906 ekor hewan kurban, kambing 5.773 ekor dan sapi 44.041 ekor.

Menurut Aslam, pemeriksaan hewan kurban dilakukan dengan memperhatikan perlakuan warga terhadap hewan kurban sesuai standar kesejahteraan hewan.

"Hewan tidak diperlakukan semena-mena selama pemeliharaan dan saat menjelang proses pemotongan dan kesejahteraan hewan harus dipastikan ketika sebelum disembelih," imbuh dia.

Hadir dalam acara pelepasan tersebut, Perwakilan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sulsel, perwakilan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) Sulsel, pengurus DPW Juru Sembelih Halal (Juleha) Sulsel, pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulsel, dan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Unhas.

Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar Evy Aprialti mengungkapkan di Kota Makassar kasus penyakit hewan ternak relatif aman. Pihaknya segera melakukan tindakan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit meluas.

"Memang ada satu atau dua kasus jembrana tetapi cepat diantisipasi," ucap Evy.

Evy menyebut pemeriksaan hewan ternak menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh DP2 terhadap hewan ternak yang ada di Kota Makassar. Apalagi, terkhusus menjelang perayaan hari besar keagamaan. Hal ini dilakukan sebagai langkah preventif guna menjaga keamanan dan kesehatan hewan ternak di Makassar.

Evy menuturkan tim pengawas telah diterjunkan sejak Mei lalu untuk memantau kondisi hewan ternak di Kota Makassar. Utamanya, pintu-pintu masuk lalu lintas hewan ternak seperti di pelabuhan-pelabuhan. Dia menyebut tim pengawas tidak hanya dari unsur pemerintahan tetapi juga melibatkan Babinsa (Bintara Pembina Desa) dan Babinnas (Bintara Pembinaan Nasiyah) untuk membantu mengawasi kesehatan hewan ternak.

Selain pengawasan lalu lintas hewan ternak, Evy menyebut pihaknya juga turun melakukan sosialisasi kepada para peternak. Tujuannya, untuk memberikan pemahaman kepada para peternak tentang pentingnya menjaga kesehatan hewan ternak dan mencegah penyebaran penyakit.

Tak hanya itu, pada sosialisasi tersebut, kata dia, para peternak diimbau agar tidak tergiur dengan penjualan hewan ternak murah. Sebab, biasanya jika harga hewan ternak lebih murah dari harga di pasaran biasanya terjangkit penyakit.

"Karena itu para peternak yang memang mendapat penjualan sapi murah padahal itu sakit. Kami sudah sampaikan dan sosialisasi bahwa sekarang tidak boleh lagi beli sapi-sapi murah dibawah standar pasti ada apa-apanya," tutup Evy.

Pemerintah Kota Makassar telah mengizinkan lalu lintas hewan ternak dari luar daerah masuk ke Kota Makassar. Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan (DP2) Makassar, Herliyani mengatakan hal itu diperbolehkan dengan syarat setiap pengirim ternak harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

"Ya, sudah diperbolehkan, yang penting setiap ternak yang masuk ke Kota Makassar harus dilengkapi dengan SKKH dari daerah asal," ujar Herliyani.

Meski pun, lalu lintas hewan ternak kembali diizinkan. Namun, Pemerintah Kota Makassar tetap waspada terhadap peredaran PMK dan penyakit Jembrana. Herliyani menyebut saat ini kondisi dan situasinya sudah lebih kondusif sehingga pemeriksaan terhadap kesehatan hewan menjelang Idul Adha akan tetap diperketat.

Dia mengungkapkan DP2 Makassar akan menurunkan sekitar 100 orang yang akan dibentuk menjadi tim gabungan kesehatan untuk memeriksa kesehatan hewan menjelang Iduladha. Tim ini terdiri dari Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DP2, tim akademisi dari Fakultas Kesehatan Universitas Hasanuddin (Unhas) serta beberapa fakultas peternakan dari perguruan tinggi swasta. dan lainnya.

"Rencananya, tim ini akan turun minimal tujuh hari sebelum Hari Raya Iduladha," ujar Heliyani.

Dia menuturkan tim tersebut akan memprioritaskan pemeriksaan terkait PMK dan penyakit ternak lainnya, seperti penyakit Jembrana. Tujuannya, untuk memastikan bahwa hewan-hewan yang diperdagangkan dalam perayaan Idul Adha ini dalam kondisi sehat dan tidak akan merugikan pembeli serta peternak sendiri, yang berisiko terkena penyakit jika ternaknya terjangkit. (Shasa Anastasya-Abu Hamzah/B)

  • Bagikan